Pages

Senin, 12 Januari 2015



MASALAH KESULITAN BELAJAR ANAK BANDEL PADA  SISWA
SDN KARANGMOJO 1 TAHUN AJARAN 2012/2013
PENELITIAN STUDY KASUS


Nila Prenggowati
12.141.253

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2013










BAB II
LANDASAN TEORI

A.  Pengertian Sanksi
Pemberian sanksi dapat berupa hukuman yang dapat memberikan efek jera bagi pelanggar aturan atau tata tertib yang di berlakukan.Dalam hal ini menurut Drs.Suwarno dalam bukunya “Pengantar Umum pendidikan” mengatakan :“Menghukum adalah memberikan atau mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada anak yang menjadi asuhan kita dengan maksud agar penderitaan itu betul-betul dirasakan untuk menuju ke arah perbaikan”.Menurut Wens Tanlain dkk hukuman atau sanksi adalah “tindakan pendidik terhadap anak didik karena melakukan kesalahan dan dilakukan agar anak didik tidak melakukannya lagi”.
Sedangkan menurut WJS Poerwadaminto dalam “kamus umum bahasa Indonesia” sanksi berarti tanggungan (tindakan, hukuman) yang dilakukan untuk memaksa seseorang menepati atau mentaati apa-apa yang sudah ditentukan”.Menurut M.Athiyah Al-Abrosyi dalam bukunya, Dasar Pokok Pendidikan Islam bahwa guna hukuman itu adalah : “Memperbaiki anak – anak yang dihukum dan melindungi murid – murid lain dari kesalahan  yang sama”.

B.   Pengertian perilaku Siswa
Menurut Bimo Walgito perilaku adalah aktifitas–aktifitas yang merupakan manivestasi dari kejiwaan yang tidak timbul dengan sendirinya tapi sebagai akibat dari rangsangan yang mengenainya.Jadi perilaku atau tingkah laku ini tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungan itu sendiri.Menurut WJS Poerwadarminto siswa adalah murid atau pelajar.
Sedangkan menurut Dra. Ny. Roestiyah N.K  siswa adalah pribadi yang unik yang mempunyai potensi dan mengalami proses berkembang,dimana dalam proses perkembangannya ia membutuhkan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh pendidik (pembimbing), tetapi oleh siswa itu sendiri.Sikap bandel adalah melawan kata atau nasihat orang; tidak mau menurut atau mendengar kata orang; kepala batu: dasar anak-anak itu -- , tidak suka diperintah; kalau murid-murid itu tetap -- , gurunya terpaksa bertindak tegas;
mem·ban·del v bersikap kepala batu; tidak mau menurut (mendengar, memperhatikan) nasihat atau perintah orang lain.

C.   Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan,psikologi,maupun ilmu kedokteran. 
Pada tahun 1963 Samuel A.Kirk untuk pertama kali menyarankan penyatuan nama – nama gangguan anak seperti disfungsi otak minimal (minimal brain dysfunction),gangguan neurologis (neurological disorders),dileksia (dyslexia),dan afasia perkembangan (devolopmental aphasia) menjadi satu nama,kesulitan belajar (learning disabilities) (Takhesi Fujisliima,et.al.;1992:26).The National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD) mengemukakan definisi sebagai berikut : “Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanisfestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan,bercakap-cakap,membaca,menulis,menalar,atau kemampuan dalam bidang studi matematika.Gangguan tersebut instrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem saraf pusat.Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi yang lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensoris,tuna grahita,hambatan sosial dan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya,pembelajaran yang tidak tepat,faktor-faktor psikogenik),berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung (Hammill.et al.,1981:336).Meskipun definisi yang dikemukakan oleh NJCLD memiliki kelebihan di bandingkan dengan definisi yang dikemukakan dalam PL 94 – 142,the board of the Association for Children and Adulth with Learning Disabilities (ACALD) tidak menyetujui definisi tersebut,dan karena itu mereka mengemukakan definisi seperti dikutip oleh Lovitt (1989:7) sebagai   berikut :
Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan ,integrasi dan/atau kemampuan verbal dan/atau nonverbal.Kesulitan belajar khusus tampil sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki intelegensi rata-rata hingga superior yang memiliki sistem sensoris yang cukup dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula.Berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya.Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga diri,pendidikan,pekerjaan,sosialisasi,dan/atau aktivitas kehidupan sehari- hari, sepanjang kehidupan. Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United States Office of Education (USOE) pada tahun 1977 yang dikenal dengan Public Law (PL) 94-142,yang hampir identik dengan definisi yang dikemukakan oleh The National advisory Committee on Handicapped Children pada tahun 1967.Definisi tersebut seperti dikutip oleh Hallahan,Kauffman,dan Lloyd (1985:14) seperti berikut ini : Kesulitan belajar khusus suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan.
Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan,berfikir,berbicara,membaca,menulis,mengeja,atau berhitung.Batasan tersebut mencakup kondisi – kondisi seperti gangguan perseptual.luka pada otak,disleksia,dan afasia perkembangan.Batasan tersebut tidak mencakup anak – anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya  hambatan dalm penglihatan,pendengaran,atau motorik,hambatan karena tunagrahita,karena gangguan emosional,atau karena kemiskinan lingkungan,budaya atau ekonom

D.   Hakikat Menulis
Kemampuan menulis sangat diperlukan baik dalam kehidupan disekolah maupun di dalam masyrakat.Ada banyak definisi tentang menulis.Lerner (1985:413) mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual.Soermarmo Markam (1989:7) menjelaskan bahwa menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar.Menulis adalah suatu aktivitas kompleks yang mencakup gerakan lengan,tangan,jari,dan mata secara terintegrasi.Menulis juga terkait dengan pemahaman bahasa dan kemampuan berbicara.Tarigan (1986:21) mendefinisikan menulis sebagai melukiskan lambang – lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang – orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut,menurut Poteet seperti dikutip oleh Hargrove dan Pottet (1984:239),menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran , perasaan , dan ide dengan menggunakan simbol – simbol sistem bahasa penulisannya untuk keperluan komunikasi atau mencatat.Menurut Lerner (1985:402),ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis (1) motorik,(2) perilaku,(3) persepsi,(4) memori,(5) kemampuan melaksanakan cross modal,(6) penggunaan tangan yang dominan,(7) kemampuan memahami instruksi.Lerner (1985:406) mengatakan bahwa mengeja merupakan “suatu ciptaan syetan”dan kemampuan mengeja merupakan “anugerah dari Tuhan”.
BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.  IDENTITAS SISWA
a.    Nama Siswa                         : Diltu Frendi Prayoga (DFP)
b.    Tempat / Tanggal Lahir       : Magetan, 22 September 2004
c.    Umur                                      : 8 tahun
d.    Agama                                   : Islam
e.    Jenis Kelamin                      : laki-laki
f.     Kelas                                      : 3
g.    Sekolah                                : SDN KARANGMOJO 01
h.    Jumlah saudara                   : 1
i.      Anak ke                                 : 2
j.      Alamat                                   :Ds.Karangmojo,RT 11/RW 03,Kartoharjo,
 Magetan.
1)    Keadaan Kesehatan
a.    Penglihatan                       : Normal
b.    Pendengaran                    : Normal
c.    Pembicaraan                     : Normal
d.    Potensi jasmani                : Normal
2)    Minat dan Cita-Cita
a.    Hobi                                  : Sepak bola
b.    Cita-cita                            : Pemain Sepak Bola
3)    Peralatan dan Sarana Belajar
a.    Keadaan ruang belajar                                      : -        
b.    Lama belajar setiap hari                                    : ≥ 10 menit
c.    Dengan siapa biasanya belajar                         : Sendiri
d.     Tempat belajar yang sering digunakan             : Kursi depan rumah

A.   IDENTITAS ORANG TUA
1.    Identitas Ayah
a.    Nama Lengkap                           : Lamidi
b.    Tempat / Tanggal Lahir             : Magetan, 18 Desember 1968
c.    Umur                                            : 45
d.    Pendidikan                                 : Tamat SD / Sederajat
e.    Pekerjaan                                    : Petani
f.     Alamat                                          : Ds.Karangmojo,RT 11/RW03,
  Kartoharjo,Magetan.
2.    Identitas Ibu                       
a.    Nama Lengkap                : Tumini
b.  Tempat / Tanggal Lahir    : Magetan, 03 Oktober 1973
c.    Umur                                  :  40
d.    Pendidikan                      : Tidak Tamat SD
e.    Pekerjaan                         : Petani
f.     Alamat                                : Ds.Karangmojo,RT 11/RW 03,Kartoharjo
    Magetan.
B.   LINGKUP PERMASALAHAN
1.    DFP belum bisa menulis dengan tepat dalam pengejaannya,terutama pada huruf paten.
2.    Tidak memperhatikan dan berkonsentrasi saat guru menjelaskan,karena sibuk dengan tingkah laku yang dilakukan.
3.    Penulisan yang kurang bagus, dan juga penghilangan huruf di saat menulis.
4.    Malas belajar .
5.    DFP tidak mau di bimbing dalam belajar.

C.   LATAR BELAKANG DFP
DFP bertempat tinggal di Desa Karangmojo RT.11,RW.03,Kecamatan Kartoharjo,Kabupaten Magetan.DFP merupakan anak ke 2 dari 1 bersaudara,DFP tinggal bersama kedua orang tua dan kakak perempuannya.Bapak dan ibunya bekerja sebagai petani.DFP sekarang duduk di bangku kelas 3 namun DFP masih mempunyai kesulitan belajar yaitu belum dapat menulis dengan tepat ejaannya,misalnya dia ingin menulis “Listrik” tetapi yang dia tulis “Listik”.DFP juga tidak memperhatikan dan tidak berkonsentrasi saat guru menjelaskan,DFP lebih sibuk sendiri dengan aktivitasnya,seperti memotong – motong penghapusnya atau mengukir pensilnya.Hal tersebut membuat dia tidak paham apa yang di terangkan oleh gurunya.
           
Di sekolah dan di lingkungannya DFP tergolong anak yang bandel,karena dia sering berperilaku dan berbuat seenaknya sendiri serta dia pun juga banyak ngeluh, membantah saat di nasehati.Saat berwawancara dengan ibu Wahyu selaku wali kelasnya , DFP memang tergolong siswa yang sedikit bandel karena perilakunya tadi , selain itu DFP juga saat menjawab pertanyaan jawabannya juga tidak sinkron dengan pertanyaanya.Misalnya, guru menanyakan “ A” dia menjawab “ C “ jadi antara pertanyaan dan jawaban tidak tepat.Sedangkan kalau di rumah DFP ini hanya menghabiskan waktunya untuk bermain,DFP meluangkan waktu untuk belajar itu ≤ 10 menit itu pun dilakukan dengan tiduran , sedangkan kalau ditanya oleh ibu atau bapaknya ada PR atau tidak dia selalu jawab tidak ada PR serta kalau DFP sedang belajar di tunggu oleh salah satu keluarganya dia tidak mau belajar.

D.   PENGUMPULAN DATA
Proses pengumpulan data mengenai siswa yang berkasus (DFP) dilakukan dengan berbagai pendekatan. Dalam studi kasus ini pendekatan atau cara yang digunakan dalm rangka pengumpulan data tentang siswa yang bermasalah ialah sebagai berikut :
1.    Berdasarkan wawancara
a.    Wawancara dengan Wali kelas DFP
Berdasarkan hasil wawancara terhadap MI, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1)    DFP memiliki perilaku yang bandel.
2)    Kurang paham terhadap penjelasan guru.
3)    Kurang di bimbing oleh orang tuanya dalam belajar.
4)    DFP belum bisa menulis dengan tepat. (kurang tepat pengejaan kata untuk penggabungan huruf paten).
5)    Penulisan DFP kurang bagus dan juga sering menghilangkan salah satu huruf atau beberapa huruf dalam sebuah kata.
6)    Enggan bertanya dalam masalah kesulitan belajar.
7)    Tidak sinkron antara pertanyaan dan jawaban saat di tanya
8)    Nilai tugas yang kurang dari rata – rata yang diharapkan.
2.    Berdasarkan pengamatan di sekolah
a.    Prestasi
Prestasi di sekolah kurang baik. DFP mendapat peringkat tengah di kelasnya. Hal  tersebut dipengaruhi oleh perilaku,pemahaman yang kurang dan belum tepat dalam menulis .
b.    Kepribadian
Kepribadian DFP tidak begitu baik, ia anak yang selengekan dan agak sulit di nasehati lebih banyak ngeluh kalau di nasehati.
c.    Perkembangan jasmani
Perkembangan jasmani DFP cukup baik. DFP memiliki fisik normal seperti teman-teman seusianya.


.
3.    Berdasarkan pengamatan di rumah
a.    Kepribadian
DFP anak yang sering membangkang, jika ia di suruh jarang yang langsung dilaksanakan banyak ngeluh dahulu,dilakukannya dengan seenaknya sendiri kalau tidak lagi nurut. Namun terkadang ia juga nurut kalau habis ada sedikit marah dari ibunya tetapi kalau lagi ada maunya dia tidak banyak ngeluh kalau disuruh.
b.    Kegiatan di rumah
DFP menghabiskan waktunya di luar rumah dari pada belajar di rumah. Setelah pulang sekolah DFP langsung bermain bersama teman-temannya,lalu pulang mengaji dan balik bermain lagi .
E.   Diagnosa
Masalah yang di hadapi siswa Sekolah Dasar banyak faktor yang menyebabkan timbulnya masalah. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri sendiri (intern), keluarga atau lingkungan. Begitu pula yang di alami oleh DFP yaitu :
1.    Faktor yang berasal dari diri sendiri ( intern)
Berdasarkan wawancara dengan wali kelas dan pengamatan , maka faktor  dalam diri sendiri  yang menyebabkan timbulnya masalah adalah sebagai berikut :
a.    Kurangnya kemauan untuk belajar.
b.    Enggan bertanya jika ada kesulitan belajar.
c.    Tidak memikirkan dahulu jawaban yang tepat untu pertanyaannya dalam mengerjakan soal dan banyak ngeluh.
d.    Banyak meluangkan waktunya untuk bermain dari pada belajar.
2.    Faktor yang berasal dari lingkungan keluarga
Berdasarkan hasil dari pengamatan, maka faktor dari lingkungan yang menyebabkan timbulnya masalah yaitu :
a.    Kurang bimbingan dari keluarga maupun saudara kandung.
b.    Kurang memberikan arahan terhadap DFP untuk memotivasi agar semangat belajar.
c.    Kurang perhatian dan pengertian dari lingkungan keluarga
3.    Faktor yang berasal dari lingkungan sekolah
Berdasarkan  hasil wawancara dan pengamatan, maka faktor dari lingkungan sekolah yang menyebabkan timbulnya masalah yaitu :
a.    Kurang aktif dan konsentrasi  dalam proses belajar  di sekolah.
b.    Enggannya bertanya dalam memahami isi materi pelajaran  yang  di ajarkan.
c.    Sulit  memahami isi dari materi pelajaran yang diterangkan oleh guru.
d.    Pergaulan dengan teman yang juga sam – sama memiliki sifat dan perilaku yang kurang baik.
4.    Faktor yang bersumber dari luar sekolah atau lingkungan masyarakat
Berdasarkan hasil pengamatan, maka faktor dari lingkungan masyarakat yang menyebabkan timbulnya masalah adalah DFP terpengaruh ajakan bermain oleh teman-temannya dari pada belajar atau mengikuti les atau TPA,masyarakat yang enggan menyapa atau menasehati karena perilakunya yang sering membantah nasehat yang di berikan padanya.

F.    PROGNOSIS
Untuk mengatasi masalah MI, dapat dilakukan beberapa hal yaitu :
1.    Terhadap DFP
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan peneliti kepada DFP, yaitu :
a.    Memberikan motivasi untuk memberikan dorongan kepada DFP supaya mempunyai semangat belajar.
b.    Memberikan bimbingan khusus kepada DFP setiap hari, dengan cara pada waktu DFP belajar menyuruh DFP untuk menulis atau memberi soal-soal latihan yang lebih sehingga dia dapat mengolah kemampuan berfikirnya dan mengurangi jawaban jawaban yang tidak sinkron .
c.     Memberikan fasilitas belajar yang memungkinkan DFP tergugah untuk belajar.
d.    Sering menasehati dan memberikan perhatian yang lebih untuk memahami keinginannya supaya DFP rajin belajar. Waktu luangnya untuk les atau TPA bukan untuk bermain.
e.    Menghilangkan sifat yang enggan bertanya DFP saat mengalami kesulitan dalam belajarnya.
f.     Menjaga komunikasi yang baik, seperti halnya mempunyai teman untuk berbagi (curhat).
2.    Terhadap orang tua MI
Ada beberapa hal yang harus di lakukan oleh orang tua terhadap  DFP agar dapat merubah sikapnya yaitu :
a.    Memberikan penjelasan terhadap DFP bahwa DFP harus menghormati orang yang lebih tua , kalau di nasehati harus di dengarkan karena kalau membantah orang tua itu dosa
b.    Memberikan penjelasan terhadap orang tua atau saudara DFP bahwa lebih memperhatikan perkembangan DFP dan lebih memberikan kasih sayang yang lebih sehingga dia merasa diperhatikan.
c.    Memberikan bimbingan dan arahan lebih sering sehingga perlahan-lahan DFP dapat merubah sikap dan perilakunya.

3.    Terhadap wali kelas / guru MI
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru atau wali kelas siswa agar masalah DFP  dapat teratasi, yaitu :
a.     Wali kelas atau guru untuk memberikan bimbingan khusus terhadap DFP, seperti pada jam waktu pulang sekolah atau ketika sore hari di rumah guru memberikan pelajaran tambahan
b.    Guru untuk memberikan motivasi terhadap DFP agar DFP semangat dalam belajar di kelas maupun di rumah.
c.    Guru harus menanamkan karakter budi pekerti yang baik sehingga dia dapat merubah sikap yang membangkang.
4.    Terhadap lingkungan sekitar dan teman klien
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh tetangga atau teman DFP agar masalah DFP dapat teratasi, yaitu :
a.    Menasehati teman-teman DFP untuk mengajak DFP belajar kelompok, ikut les atau TPA.
b.    Tidak mengolok-olok DFP dan menjauhi atau menghindari DFP
c.    Masyarakat harus memahami apa yang diinginkan jadi tidak langsung membentak atau memarahinya jika dia berbuat salah.

G.   TREATMENT
Usaha-usaha yang direncanakan dan dilakukan untuk pemberian bantuan kepada DFP yaitu: 
1.    Masalah belajar
a.    Merubah metode belajar dengan sebaik mungkin, yaitu yang dimulai dengan pembuatan rencana belajar yang baik misal dengan adanya jadwal yang harus dipatuhi, pengaplikasian pelajaran dengan kehidupan nyata atau juga dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Serta yang tak kalah pentingnya mengurangi aktifitas-aktifitas yang kurang penting seperti bermain, nonton televisi, dan lain- lain.
b.    Pemberian pengawasan secara sering dan teratur , atau di carikan guru les yang dapat menemani di belajar

2.    Masalah bakat dan minat
Memberikan pengarahan pada diri DFP agar dia lebih memiliki pandangan atau arahan yang baik untuk dia melangkah kedepan dengan berbagai prestasi atau cita –cita sehingga dia dapat terdorong untuk bangkit , paham bahwa dia harus mencapai keinginanannya.
3.    Masalah keluarga
Menyarankan agar sesering mungkin orang tua mengajak berkomunikasi DFP,agar dapat memantau aktivitas yang dilakukan.Orang tua jangan banyak mengekang aktivitasnya selama itu di batas kewajaran dan tidak merugikan diri dan lingkungannya.
4.    Masalah untuk guru
Guru dapat melatih DFP menulis dengan penggejaan yang tepat  menggunakan metodeMultisensori (dengan mengartikan dan mengucapkan , mengkhayalkan,mengingat kembali,menganalisa kata,menguasai),atau dengan metode Fernald (dengan anak diberi kata – kata dan disuruh melihat kata itu,guru menuliskan kata itu di sebuah kertas DFP memperhatikan sedangkan guru membacakan secara oral,DFP mengucapkan secara berulang –ulang lalu menulisnya tanpa melihat tulisan aslinya ).Untu mengatasi perilaku bandel DFP guru dapat memberikan teguran atau nasehat sesering mungkin pada DFP dan jika perlu ada hukuman guru dapat menghukum DFP dengan cara berdiri di depan kelas dengan menulis di papan bahwa “ dia tidak akan mengulangi perbuatannya” atau dapat menghukum dengan menyuruh dia menghafalkan perkalian.









BAB IV
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Menghukum adalah memberikan atau mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada anak yang menjadi asuhan kita dengan maksud agar penderitaan itu betul – betul dirasakan untuk menuju ke arah perbaikan,perilaku atau tingkah laku seseorang tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungannya dimana dalam proses perkembangannya ia membutuhkan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh pendidik (pembimbing), tetapi oleh siswa itu sendiri,perilaku yang kurang baik dapat juga berdampak pada pengetahuan dan kegiatan belajar seseorang.Dari pengamatan dan penelitian yang telah di lakukan penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa DFP memiliki sikap yang bandel karena dia sering berbuat apa saja seenaknya dirinya,tidak memerhatikan saat di ajar oleh guru,sering membantah kalau di nasehati,serta banyak mengeluh.Ada beberapa hal yang dapat di lakukan  untuk mengatasi perilaku DFP ini , terutama dari orang tua yang harus lebih banyak memberi perhatian yang lebih dan nasehat–nasehat yang dapat dia resap dan pahami maknanya,mempengaruhi teman – temannya agar berbuat baik juga sehingga DFP terarah ke arah yang baik, untuk guru harus memberikan pembelajaran tambahan untuk DFP agar dapat menulis dan menjawab sesuai dengan permasalahan . Lingkungan juga memiliki peran penting untuk pembentukan sikap yang baik pada DFP sehingga lingkungan jangan sampai lelah atau enggan menegur dan mengarahkan DFP ke arah yang lebih baik.
B.   SARAN
Setelah melakukan penelitian studi kasus terhadap DFP yang menyimpukan bahwa kurangnya peranan orang tua terhadap proses belajar DFP yang menyebabkan rendahnya prestasi di kelas, peneliti lebih menyarankan kepada orang tua MI bahwa  dalam melakukan pembimbingan hal-hal yang harus dilakukan orang tua adalah :
1.    Harus disertai kasih sayang.
2.    Menanamkan sikap disiplin yang membangun.
3.    Mengajarkan tentang sesuatu yang salah dan benar.
4.    Memperhatikan dan mendengarkan pendapat anak.
5.    Membantu mengatasi masalah anak.
6.    Melatih anak mengenal diri dan lingkungan..
7.    Memahami keterbatasan pada anak.
8.    Memotivasi agar anak mempunyai rasa semangat belajar.
Adapun hal-hal yang dilakukan orang tua untuk menjadikan anak berprestasi adalah :
a.       Kedisiplinan
b.      Memotivasi belajar
c.       Memberi pengarahan, peringatan dan mengontrol aktivitas anak
d.      Memberi dukungan terhadap anak.
e.       Memberi penghargaan terhadap anak.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar